Gaya desain bohemian identik dengan gaya hidup nomaden yang bebas atau tidak tetap. Konsep tersebut sangat erat kaitannya dengan penduduk gypsy di Eropa pada tahun 1800-an. Akhirnya mulai disebut sebagai bohemian ketika para gipsi meninggalkan kota Bohemia di Eropa Tengah.
Melakukan perjalanan terus-menerus merupakan aspek penting dari gaya hidup bohemian. Sangat identik dengan gaya hidup spontan yang memanfaatkan benda-benda yang ada, gaya desain bohemian juga lekat dengan kondisi yang tidak teratur, namun khas pengembara yang identik dengan konsep desain vintage atau etnik.
Ciri dari arsitektur bohemian ini adalah penggunaan unsur-unsur etnik dalam bangunan. Bisa dari penggunaan material bangunan, hingga padu padan interior yang dipakai. Gaya bohemian identik dengan gipsi, penuh warna dan bercampur antara gaya etnik, hippies dan juga vintage. Kesan cool namun tidak kaku menjadi ciri khas gaya bohemian ini.
Ciri Khas Desain Bohemian
Penuh Warna
Gaya bohemian akan semakin kental dengan permainan warna yang berani.. Walaupun terkesan berantakan, tetapi perpaduan tersebut akan menghasilkan nuansa artistik yang istimewa.
Furnitur Antik
Furnitur bergaya vintage adalah jenis furnitur yang biasa digunakan, dengan ditutupi dengan kain baru atau ditambah aksen beraneka ragam warna, selimut bermotif
Tanaman Dalam Ruangan
Gaya bohemian kerap memasukkan unsur alam pada dekorasi ruangan. Hal ini bisa kita temui dari penggunaan tanaman hidup yang ditempatkan dalam pot-pot, dan dihadirkan di dalam ruangan
https://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2020/01/hxuFRX4ch_slsOEBJ_ki2o1FQ.jpg6001000Authorhttps://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2022/09/KHS-Logo-2-300x126.pngAuthor2020-01-22 12:38:482020-01-22 12:38:48Mengenal Konsep Desain Bohemian Untuk Hunian
Konsep Mediteranian merupakan langgam arsitektur yang lahir dari bangunan-bangunan Mediterania dimasa lalu dan sangat berpacu pada keadaan geografis wilayah Mediterania pada saat itu.
Arsitektur mediterania tidak hanya menekankan pada fungsi saja melainkan diseimbangkan dengan kematangan konsep yang menggunakan pilihan bentuk, material, dan warna serta mempertimbangkan dengan kondisi lingkungan sekitar.
Jenis Desain Mediteranian Berdasarkan Pengaruh Peradabannya
Gaya Mediterania Spanyol
Arsitektur Mediterania yang berkembang di daratan Spanyol cenderung lebih berani dengan warna-warna lebih cerah dan juga pengaplikasian dekorasi mural dan mosaic.
Gaya Mediterania Yunani
Untuk arsitektur mediterania ala Yunani, warna-warna dengan aksen kebiru-biruan seperti turquoise dan kobalt akan lebih sering ditemui mengingat kondisi geografis yang banyak berada di pantai.
Gaya Mediterania Timur-Tengah
Peradaban arab memberikan hiasan pada ukiran dinding, pilar, dan lengkungannya. Ada ciri khas hiasan floral yang menjadi isnpirasi dekorasi bangunan mediterania. Hiasan dan ukiran ini banyak di terapkan dalam desain arsitektur bangunan masjid-masjid di Indonesia.
Ciri Khas Desain Mediterania
Portico dan Balkon
Pada rumah-rumah Mediterania, hampir tidak mungkin tidak ditemui Portico dan juga Balkon. Portico sendiri merupakan serambi bangunan yang banyak mengaplikasikan elemen dekoratif khas Arsitektur Mediterania seperti dua tiang di pintu masuk dan juga ukiran sederhana sebagai mahkota tiang.
Kolom dan Pilar
Tak hanya pada portico, keberadaan tiang dan pilar pada bangunan mediterania juga sangatlah umum. Tidak disembunyikan, kolom-kolom pada arsitektur mediterania justru menjadi bagian dari wajah bangunan dan ciri khas dari gaya ini.
Teras atau Selasar
Keberadaan selasar dengan air mancur ini hadir karena pengaruh bangsa Moor yang saat itu menguasai Spanyol (salah satu asal arsitektur mediterania) dan berfungsi untuk mengatur agar suhu di rumah tetap nyaman.
Material Bangunan
Pada arsitektur Mediterania, struktur dinding bangunan dibuat dari tanah liat yang dibakar atau batu alam. Dalam pengaplikasiannya,, warna-warna alam dari lingkungan sekitar merupakan pengaruh terbesar
Jendela dan Pintu
Elemen jendela dan pintu pada rumah-rumah dengan gaya arsitektur mediterania umumnya berbentuk persegi atau persegi panjang yang dilengkapi ornamen lengkung pada bagian atasnya dan terbuat dari material kayu / besi tempa.
https://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2020/01/w1024.jpg6821024Authorhttps://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2022/09/KHS-Logo-2-300x126.pngAuthor2020-01-22 12:19:282020-01-22 12:23:14Mengenal Konsep Desain Mediteranian Untuk Hunian
Istilah Desain Scandinavian sendiri bermula dari pameran desain di Amerika dan Kanada sekitar tahun 1950an. Dimana istilah tersebut memperkenalkan cara orang-orang Scandinavia hidup dalam desain yang kemudian berarti hingga saat ini yakni indah, sederhana, bersih, serta terinspirasi dari alam dan iklim utara, mudah diakses dan tersedia untuk semua
Kelebihan Gaya Scandinavian
Cenderung bersih (clean) dan mengandung unsur kesederhanaan (simplicity).
Memberikan kesan luas
Mendapatkan pencahayaan alami karena banyak memiliki bukaan
Material yang digunakan lebih ramah lingkungan
Minimnya furnitur juga membuat kesan ramah anak
Ciri Khas Scandinavian
Dominasi Warna Natural
Warna yang sering digunakan pada desain gaya Scandinavia adalah putih, abu-abu, biru, dan krem.
Furnitur Sederhana
Penambahan elemen dekoratif cenderung menggunakan dekorasi-dekorasi sederhana yang tidak berlebihan
Memaksimalkan Pencahayaan Alami
Jendela besar dari lantai hingga atap rumah banyak digunakan agar sinar matahari natural dapat masuk ke dalam rumah dengan sempurna.
Penggunaan Material Kayu
Kayu biasanya digunakan sebagai material untuk atap dan dinding rumah. Bukan hanya untuk bangunan rumah, kayu juga mendominasi furnitur yang digunakan pada rumah.
Penambahan Unsur Alam
Nuansa hijau dapat menambah kesan hangat pada ruangan, dapat menciptakan nuansa ketenangan dan santai. Dekorasi-dekorasi seperti tanaman hias yang di simpan di sudut ruangan dan di meja maupun di dinding, dapat memperkuat karakter alam agar tercipta ruangan yang hangat, segar, dan menenangkan.
https://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2020/01/scandinavian-decor-hero.jpg8801340Authorhttps://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2022/09/KHS-Logo-2-300x126.pngAuthor2020-01-22 12:06:402020-01-22 12:06:40Mengenal Konsep Desain Scandinavian Untuk Hunian
Konsep industrial merupakan salah satu gaya desain dimana rancangannya terfokus pada desain ala pabrik dengan adanya material ekspos, tampilan interior yang tampak tidak selesai, ataupun tampilan mekanikal yang tampak memukau
Perkembangan Desain Industrial
Tahun 1950 gaya desain arsitektur industrial pertama kali merebak di Eropa karena banyaknya bangunan bekas pabrik yang terbengkalai.
Seiring berjalannya waktu, penerapan gaya desain industrial tak hanya diperuntukkan pada bangunan serupa pabrik, namun juga merambah jenis properti lainnya
Kini, gaya arsitektur ini pun banyak diterapkan di rumah pribadi, hingga bangunan komersial seperti kedai-kedai kopi, restoran, hingga co-working space.
Kelebihan Gaya Industrial
Desainnya lebih ramah terhadap lingkungan
Membuat sirkulasi udara di dalam bangunan lebih lancar
Memberikan kesan sederhana
Hemat biaya
Memberikan kesan hangat dan nyaman
Ciri Khas Desain Industrial
Over-Expose
Salah satu ciri utama bangunan industrial adalah over expose. Artinya banyak hal yang dibiarkan “terlihat” dan ditata sedemikian rupa sehingga tampak rapi, berkonsep, dan bergaya.
Memadukan Unsur Kayu dan Logam
Interaksi tekstur kayu dengan permukaan kasar dan metal atau logam berkilau, sedikit berwarna hitam, warna emas, atau tembaga merupakan ciri lain desain industrial.
Identik Dengan Warna Monokrom
Selain dibiarkan polos dan terekspos, elemen-elemen pada bangunan industrial hanya akan ditampilkan dengan warna monokrom atau warna bumi seperti cokelat, abu-abu, dan hijau kusam.
Menggunakan Material Daur Ulang
Material upcycle dan recycle merupakan ciri utama pada bangunan industrial. Upcycle merupakan barang bekas yang dimodifikasi baru, sedangkan recycle adalah proses daur ulang barang bekas untuk digunakan kembali.
Desain Lantai Unik
Rumah berkonsep industrial sangat menghindari penggunaan lantai granit atau keramik karena tampilannya tak sesuai dengan kesan dari gaya industrial.
https://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2020/01/industrial-bedrooms.jpg7501200Authorhttps://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2022/09/KHS-Logo-2-300x126.pngAuthor2020-01-22 11:36:582020-01-22 11:38:04Mengenal Konsep Desain Industrial Untuk Hunian
Sebagai negara yang berada di iklim tropis, Indonesia dianugerahi dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Saat ini, Indonesia sedang memasuki musim penghujan, yang umumnya dimulai pada bulan Juli hingga September. Dilansir dari laman BMKG, pada periode tahun 2019 hingga 2020, sebagian besar daerah di Indonesia akan memasuki puncak musim hujan pada awal tahun 2020 yaitu pada bulan januari.
Musim hujan dengan intensitas yang tinggi seringkali tidak
hanya menimbulkan genangan, namun juga banjir. Sehingga perlu untuk melakukan
mitigasi banjir untuk meminimalisir dampak buruk yang terjadi. Bagi masyarakat
yang tinggal di lokasi yang aman dari bencana banjir, tentu hal ini bukan
menjadi ancaman yang besar. Namun bagi masyarakat yang tinggal di lokasi rawan
bencana banjir, terdapat beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan sebelum
bencana banjir melanda.
Dilansir dari The National Severe Storms Laboratory
(NSSL), National Oceanic & Atmospheric Administration (NOAA) Amerika
Serikat serta The Natural Resources Defense Council (NRDC), terdapat beberapa
jenis banjir yang seringkali terjadi di berbagai belahan dunia, yaitu:
Banjir
sungai (river flood), terjadi ketika
permukaan air naik di atas tepian sungai karena hujan yang berlebihan. Banjir
jenis ini merupakan jenis banjir yang paling umum terjadi ketika badan air
melebihi kapasitas yang dapat ditampungnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah banjir jenis ini adalah dengan memberikan penahan yang baik terutama
pada area yang padat penduduk atau daerah yang datar.
Banjir
pantai (coastal flood), seringkali
disebut dengan banjir rob atau banjir laut pasang yang disebabkan oleh pasang
naik yang lebih tinggi dari rata-rata dan diperburuk curah hujan tinggi dan
angin yang bertiup ke arah darat.
Gelombang
badai (storm surge), merupakan banjir
yang disebabkan oleh kekuatan angina badai yang hebat, serta gelombang dan
tekanan atmosfer yang rendah, sehingga terjadi kenaikan permukaan air yang
tidak normal di daerah pantai.
Banjir
perkotaan (urban flood), merupakan banjir
yang terjadi di daerah perkotaan. Banjir bandang, banjir pantai, dan banjir
sungai dapat pula terjadi di daerah perkotaan, tetapi istilah ini merujuk
secara khusus pada banjir yang terjadi di daerah berpenduduk padat ketika curah
hujan (bukan genangan air) melebihi kapasitas.
Banjir
bandang (flash flood), merupakan
banjir yang disebabkan oleh curah hujan yang deras dan tiba-tiba atau dalam
waktu yang singkat, kadang terjadi ketika tanah tidak dapat menyerap air dengan
optimal.
Idealnya, setiap orang harus mengetahui potensi bencana
yang ada di sekitarnya. Bencana banjir merupakan bencana yang umumnya terjadi
di Indonesia, hal ini dapat dibuktikan dengan data statistik tahunan BNPB
(dilansir melalui website DIBI) yang menyatakan bahwa banjir masuk ke dalam 3
besar bencana yang kerapkali terjadi. Sehingga, pemahaman masyarakat terhadap
bencana sangat diperlukan sebagai salah satu bentuk dari upaya mitigasi.
Mitigasi merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan
untuk meminimalisir risiko dan dampak bencana. Mitigasi dapat dilakukan secara
perseorangan dalam bentuk pemahaman dan pengetahuan, secara berkelompok dalam
bentuk pelatihan koordinasi penyelamatan diri saat terjadi bencana, maupun
dalam kelompok besar/level instansi pemerintah seperti pembangunan
infrastruktur maupun memberikan peningkatan kesadaran dan kemampuan dalam
menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi merupakan suatu tahapan penting dalam upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana. Berdasarkan Undang
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mitigasi dilakukan
untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan
bencana. Bagi masyarakat yang rentan terhadap banjir, sangat penting bagi
mereka untuk bisa mempersiapkan diri dan lingkungannya. Sedangkan bagi
masyarakat yang tinggal di daerah yang tidak terkena banjir, seperti pada
daerah yang berada pada kontur yang tinggi, disarankan untuk tetap menjaga
lingkungan sekitar agar tidak terjadi banjir.
Berdasarkan UU yang sama, kegiatan mitigasi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi bencana dapat dilakukan melalui pelaksanaan penataan
ruang; pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan
penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional
maupun modern. Secara umum, terdapat 2 jenis mitigasi, yaitu mitigasi
struktural dan mitigasi non-struktural.
Mitigasi struktural, merupakan upaya
untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis
bangunan tahan bencana. Dalam menghadapi bencana banjir, terdapat beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko banjir, yakni:
Membersihkan
saluran drainase dari sampah-sampah yang mengendap
Membangun
tembok pertahanan ataupun tanggul
Meninggikan
lantai rumah
Memperbanyak
pohon
Menciptakan
banyak kawasan terbuka hijau
Membuat
lubang biopori
Mitigasi non-struktural. Berbeda dengan
mitigasi struktural, mitigasi non-struktural merupakan upaya mengurangi dampak
bencana yang mungkin terjadi melalui kebijakan atau peraturan tertentu. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan antara lain:
Mengenali
dan mempelajari penyebab banjir
Melakukan
kegiatan pelatihan penanggulangan bencana
Memperbaiki
sarana dan prasarana
Menyiapkan
persediaan makanan dan logistik
Melakukan
simulasi situasi darurat bencana
Berdasarkan definisi yang ada, mitigasi dilakukan sebelum bencana terjadi, dengan tujuan agar masyarakat dapat memiliki kesiapan yang optimal sehingga ketika bencana terjadi, masyarakat tidak mengalami kerugian yang tinggi, baik dari segi materi maupun non materi. Idealnya, setiap orang mengetahui dan memahami upaya-upaya mitigasi yang dapat dilakukan mulai dari tingkat kecil yakni keluarga hingga tingkat besar yakni kota/provinsi/bahkan negara sehingga ketika bencana terjadi, masyarakat sudah mengetahui apa yang harus dilakukan beserta peran apa yang diembannya. Dengan begitu, mimpi Indonesia menjadi tangguh bencana juga akan dapat terwujudkan.
Sumber Referensi :
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
Kompas.com. (2020, 3 Januari). Jenis-jenis Banjir. Diakses
pada 16 Januari 2020, dari https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/03/090000369/jenis-jenis-banjir?page=all
Nrdc.org. (2019, 10 April). Flooding and Climate Change:
Everything You Need to Know. Diakses pada 20 Januari 2020, dari
https://www.nrdc.org/stories/flooding-and-climate-change-everything-you-need-know
https://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2020/01/160518135606-sri-lanka-floods-3-super-169.jpg6191100Authorhttps://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2022/09/KHS-Logo-2-300x126.pngAuthor2020-01-21 15:49:222020-01-21 15:50:00Peningkatan Upaya Mitigasi di Musim Penghujan
Fotogrammetri dan LiDAR (Light detection and ranging) menggunakan wahana UAV (Unmanned Aerial Vehicle) memiliki perbedaan yang signifikan dalam akusisi dan hasilnya. Berikut adalah beberapa perbedaan antara Foto Udara dan LiDAR menggunakan wahana UAV:
1. Foto udara menggunakan alat dasar kamera foto menghasilkan data raster (data grid) sedangkan Lidar menghasilkan data Point yang biasa disebut point cloud. Data foto udara dapat membentuk data point cloud, namun dengan kualitas dan densitas point yang lebih rendah dibandingkan point cloud yang dihasilkan oleh LiDAR
Pada Gambar 1. terlihat SUTET dan kabel listrik tidak terbentuk dengan sempurna. Selain itu objek pohon memiliki bentuk seperti bukit.
Pada Gambar 2. point cloud yang dihasilkan LiDAR memiliki densitas titik yang sangat rapat. Sehingga objek-objek terlihat seperti bentuk aslinya dalam tiga dimensi. Point cloud yang dihasilkan dapat ditampilkan berdasarkan ketinggian dan RGB dari masing-masing objek.
2. Foto udara menggunakan alat dasar kamera foto, pada dasarnya menghasilkan data dua dimensi yang memiliki akurasi lebih baik pada X dan Y (posisi). Sedangkan LiDAR menggunakan sensor yang dapat menembakkan gelombang terhadap objek dan gelombang yang dipantulkan diterima kembali oleh sensor tersebut. LiDAR akan menghasilkan data tiga dimensi yang memiliki karakteristik akurasi lebih baik pada Z (tinggi) dan dapat menembus permukaan tanah di bawah pohon selama terdapat celah cahaya yang dapat menembus pohon.
3. Analisisi Vegetasi dibawah jaringan listrik tegangan tinggi (SUTET) membutuhkan data Digital Terrain Model (DTM) yang akan diterjemahkan menjadi data kontur, data ketingian pohon dari data Digital Surface model (DSM), serta data model tiang dan kabel. Untuk itu, analisis vegetasi idealnya menggunakan data LiDAR. Namun untuk melakukan updating data dapat dilakukan dengan menggunakan data Foto Udara, dengan mendapatkan data DSM vegetasi dan mengesampingkan model tiang dan kabel SUTET.
https://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2022/09/KHS-Logo-2-300x126.png00Authorhttps://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2022/09/KHS-Logo-2-300x126.pngAuthor2020-01-21 15:39:072024-09-20 18:00:21Perbedaan Data Hasil Dari Fotogrametri dan LiDAR (Light Detection and Ranging) Dalam Aplikasi Inspeksi Jaringan Listrik Tegangan Tinggi (SUTET)
Sudah menjadi rahasia umum
bahwa kendaraan pribadi merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan
transportasi perkotaan. Namun demikian, dapat dipastikan bahwa keberadaan
kendaraan pribadi berkontribusi secara signifikan menyumbang polusi udara,
emisi gas rumah kaca, polusi suara, peningkatan temperatur udara perkotaan dan
risiko terjadinya kecelakaan. Banyaknya jumlah kendaraan pribadi di kawasan
perkotaan juga berkontribusi pada meningkatnya jumlah lahan yang digunakan
untuk perparkiran, pembangunan jalan dan infrastruktur pendukung lainnya. Hal
tersebut semakin memperkecil kemungkinan tersedianya ruang terbuka perkotaan berupa
jalur pejalan kaki, jalur sepeda, dan taman yang bermanfaat bagi kesehatan
mental dan fisik masyarakat kota. Berangkat dari urgensi-urgensi tersebut, saat
ini para perencana kota sedang berlomba untuk mengembangkan konsep car free city demi menciptakan
lingkungan perkotaan yang lebihh humanis dan sehat untuk ditinggali. Lantas
apakah sebenarnya yang dimaksud dengan car
free city itu sendiri?
Konsep Car
Free Cities
Car Free City merupakan sebuah konsep dimana terdapat adanya
larangan untuk melintas bagi kendaraan pribadi pada suatu area perkotaan. Larangan
tersebut biasanya juga berlaku untuk kendaraan delivery service dan kendaraan pribadi masyarakat kota. Konsep
tersebut merupakan bagian dari strategi push
and pull untuk mendorong masyarakat menggunakan kendaraan umum dan juga sebagai
inisiasi agar masyarakat dapat berpergian dengan menggunakan kendaran non-mesin
seperti penggunaan sepeda sebagai moda transportasi utama.
Konsep car free city dapat juga didefinisikan sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan daya tarik dan memperkuat kondisi perekonomian dari pusat kota dengan cara mereduksi keberadaan tempat parkir dan jumlah kendaraan bermesin yang berlalu lalang serta mendorong harmonisasi kota dalam hal pergerakan. Namun demikian, pengimplementasian konsep car free city pada sebuah area harus mendapatkan dukungan penuh dari pemangku kebijakan, baik dukungan administratif maupun dukungan politis karena berpotensi menyebabkan pro dan kontra dari masyarakat.
Penerapan Konsep Car Free-City pada Pusat Kota Melalui Strategi Push and Pull
Manfaat Car
Free Cities
Kebijakan bebas mobil pribadidisebut-sebut memiliki banyak manfaat
di berbagai aspek perkotaan seperti lingkungan, kesehatan masyarakat serta
perekonomian. Dilansir dari sebuah laman di website icebike.org, kebijakan car free memiliki 10 manfaat di
antaranya:
Menumbuhkan Kebahagiaan. Dikatakan bahwa melakukan pergerakan dengan
berjalan kaki dan bersepeda merupakan kegiatan yang lebih menyenangkan
ketimbang mengendarai kendaraan (bermotor) pribadi. Seseorang merasa lebih
senang dan bahagia setelah melakukan aktivitas fisik seperti berjalan dan
bersepeda. Hal tersebut erat kaitannya dengan penurunan tingkat stress, gelisah
dan depresi pada seseorang.
Meningkatkan Kesehatan. Dikatakan bahwa masyarakat yang berpergian
dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda akan memiliki kesehatan fisik yang
baik. Bersepeda dan berjalan kaki dapat mereduksi stress dan meningkatkan
imunitas. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Georgia, juga
mengatakan bahwa bersepeda dapat meningkatkan tenaga sebesar 20% dan dapat
mengurangi gejala sakit kepala sebesar 65%.
Menciptakan Ikatan Sosial yang Baik. Dengan berjalan kaki dan bersepda, maka akan
memberikan kesempatan untuk bersosialisasi dan menyapa masyarakat yang ditemui
di sekitar. Hal tersebut akan sulit dilakukan ketika pergerakan dilakukan
dengan kendaraan pribadi. Berjalan kaki dan bersepeda dapat membuat kita mengenal
lingkungan masyarakat lebih baik lagi, memupuk ikatan sosial yang lebih dalam,
mengindari terjadinya isolasi sosial dan membangun koneksi dan komunitas yang
lebih kompak.
Melahirkan Inovasi “Green Markets”. Hadirnya tren berjalan kaki
dan bersepeda tentu akan melahirkan peluang baru bagi perusahaan-perusahaan
untuk dapat menawarkan produk dan jasa yang ramah lingkungan seperti bike dan scooter sharing. Perusahaan besar seperti Motivate dan B-Cycle
telah berhasil menjadi dua perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan pesepeda dan
telah beroperasi di 40 kota di Amerika Serikat. Diprediksi, jika tren car free terus berkembang ke depannya,
akan lahir inovasi-inovasi baru yang menarget green markets di segala penjuru dunia.
Mengembangkan Potensi Bisnis Lokal. Saat ini, perencana kota di dunia sedang
berlomba-lomba untuk mendesain jalan yang dilengkapi dengan jalur pesepeda. Hal
tersebut ternyata menstimulus lahirnya bisnis lokal yang dikelola oleh
masyarakat di sepanjang jalur pesepeda tersebut. Faktanya, setelah
beroperasinya jalur sepeda di 9th Avenue, kota New York, para pengusaha lokal
mengalami kenaikan penjualan sebesar 49%. Hal tersebut dinilai cukup tinggi
bila dibandingkan dengan kota Manhattan yang hanya mengalami peningkatan
sebesar 3%.
Meningkatkan Nilai Lokasi. Nilai properti akan meningkat jika lokasinya
memiliki fasilitas pergerakan yang lengkap, dimana salah satu contohnya adalah
jalur sepeda. Di kawasan Time Square, New York City, diketahui bahwa harga
properti meningkat sekitar 71% pada tahun 2011 dimana terdapat jalur sepeda dan
pejalan kaki di sekitarnya. Hal tersebut juga terjadi pada suatu blok di
kawasan Indianapolis Cultural Trail setelah jalur kereta yang sudah tidak
berfugsi dikonversikan menjadi jalur pesepeda dan pejalan kaki. Nilai properti
pada kawasan tersebut meningkat sekitar 148% setelah tahap konstruksi.
Jalan
yang Aman Untuk Semua. Jumlah kendaraan bermotor yang terbatas dan
terdapatnya jalur pesepeda tentu saja membuat para pejalan kaki dapat melakukan
pergerakan dengan aman dan nyaman.
Mereduksi Kemacetan. Semakin banyak jalur sepeda, maka semakin
sedikit jumlah kendaraan bermotor yang dapat melintasi suatu jalan tersebut.
Para perencanaan kota di Austin menawarkan proposal untuk berinvestasi pada
pembangunan jalur pesepeda untuk memberikan insentif bersepeda sebagai upaya
untuk memberantas kemacetan dan polusi udara.
Mempengaruhi Perekonomian. Sebuah studi pada tahun 2015 menemukan bahwa
mengendarai kendaraan pribadi di kota membutuhkan biaya enam kali lebih banyak
ketimbang mengendarai sepeda. Studi tersebut juga mengatakan bahwa biaya
memiliki kendaraan pribadi di masa depan cenderung akan terus meningkat, dimana biaya
bersepeda akan terus menurun.
Keterkaitan antara Perencanaan Kota, Transportasi, Lingkungan, Aktivitas Fisik dan Kesehatan
Contoh Kota dengan Regulasi Car Free Cities
Bologna, Italia
Bologna merupakan ibukota dari sebuah provinsi
di Italia bernama Emilia-Rogmana. Memiliki jumlah penduduk sekitar 400.000 jiwa
pada tahun 1994, Bologna dikenal sebagai kota dengan kegiatan perdagangan dan
jasa serta kegiatan pendidikannya. Percobaan pertama pemberlakuan konsep car free city di Bologn terjadi antara
tahun 1972 dan 1982 yang berhasil mereduksi tingkat kemacetan kota hingga 17%. Urgensi
untuk meningkatkan manfaat dari konsep car
free city terjadi pada pertengahan 1980. Bologna membatasi akses kendaraan
pribadi menuju pusat kota tua, membenahi manajemen perparkiran dan memperluas
cakupan jalur pejalan kaki. Pembenahan sistem transportasi publik tidak hanya
dilakukan pada pusat kota saja, melainkan di hampir semua rute dalam kota.
Zona pembatasan kendaraan pribadi pada pusat kota tua Bologna dipermanenkan sejak Juli 1989. Akses bagi kendaraan bermotor dilarang antara pukul 7 s/d 8 malam. Regulasi tersebut juga didukung oleh pembatasan lahan parkir. Hanya terdapat satu lahan parkir luas yang tersedia untuk masyarakat memarkirkan kendaraan dalam waktu yang lama. Terlepas dari kebijakan tersebut, penduduk setempat diperbolehkan memarkirkan kendaraannya menggunakan fasilitas 10.000 parkir on street yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka bermukim. Konsep yang diusung oleh Bologna tersebut menunjukan kesuksesan yang signifikan: Jumlah kendaraan yang masuk dan keluar kota tua Bologna berkurang sekitar 50%, dari 177.000 kendaraan per hari pada tahun 1981 menjadi 87.000 per hari pada tahun 1989. Pencapaian tersebut dapat terjadi tanpa adanya kemacetan di sekitar pusat kota tua. Arus lalu lintas juga semakin lancar dan transportasi publik memiliki waktu perjalanan yang singkat. Sebagian besar pengunjung menggunakan bus untuk mengakses kota tua (78%), hanya 11% yang menggunakan mobil dan 8% menggunakan sepeda ataupun sepeda motor.
York, Inggris
Kota York di Inggris merupakan sebuah kota
bersejarah yang dihuni oleh hampir 100.000 penduduk dan dikenal sebagai kota
kereta api dimana terdapat museum kereta api nasional di dalamnya. Sejak
pertengahan 1980, pemerintah York telah menaruh perhatian pada fakta terjadinya
peningkatan jumlah kendaraan pada pusat kota medievalnya. Pada tahun 1988
terdapat proyeksi tingkat kemacetan yang menyebutkan bahwa pada tahun 2006
tingkat kemacetan di York akan meningkat sebesar 1/3 dari tahun 1988, kendati
perkiraan dari badan nasional menyebutkan bahwa pertumbuhan lalu lintas bisa
dua kali lipat dari jumlah tersebut. Upaya untuk megakomodasi pertumbuhan lalu
lintas melalui pembangunan jalan raya dan fasilitas parkir tentu akan
memperburuk kualitas dari pusat kota medieval York yang merupakan atraksi
bisnis yang dipenuhi pengunjung.
Dilatarbelakangi hal tersebut, pemerintah kota
York mengadopsi strategi trasnportasi baru untuk meningkatkan daya tarik pusat
kota dengan mereduksi jumlah kendaraan bermotor pada pusat-pusat perbelanjaan. Adapun
yang menjadi prioritas pengembangan kota York pada saat itu adalah sebagai berikut:
Ketersediaan jalur pejalan kaki
Kemudahan untuk penyandang disabilitas
Ketersediaan jalur sepeda
Keutamaan untuk pengguna transportasi publik
Ketersediaan akses untuk kegiatan komersil dan
bisnis
Ketersediaan mobil untuk mengangkut pengunjung
(shuttle bus)
Ketersediaan gerbong untuk mengangkut
pengunjung
Ketersediaan mobil untuk pengunjung jangka
panjang
Sejak tahun 1987, York telah berhasil mengelola jalur pedestrian terpanjang di Britania Raya yang terdiri dari 34 jalan dan koridor, dengan panjang 3,1 km di dalam 30 ha luasan pusat kota medieval York. Pelarangan kendaraan bermotor dilakukan setiap hari. Durasi pelarangan kendaraan bermotor terus meningkat seiring berjalannya waktu yaitu dari pukul 10.00 – 16.00 setiap harinya. Pengecualian diberlakukan untuk layanan emergency dan penduduk yang berkebutuhan khusus.
Daftar Pustaka
Nieuwenhuijsen, M.J et.al.
2016. Car Free Cities: Pathway to Healthy Urban Living. Barcelona, Spanyol.
European Commission. 2016.
Scice for Environment Policy, Car-Free Cities: Healthier Citizens.
Topp, H et.al. 1994. Car-Free
City Centers. Technische Universitat Kalserslautern. Germany
https://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2020/01/images.jpg415739Authorhttps://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2022/09/KHS-Logo-2-300x126.pngAuthor2020-01-21 13:18:012020-01-21 13:21:58Car Free Cities: Bagaimana Kota-Kota Dunia Memanjakan Lingkungan dan Kesehatan Masyarakatnya
Sebagai negara maritim, keberadaan peradaban
manusia yang dekat dengan sumber-sumber air seperti laut, sungai dan danau
tidak dapat dipungkiri di Indonesia. Kendati demikian, hal tersebut seakan
berjalan secara beriringan dengan risiko potensi bencana pesisir yang mengancam
eksistensi masyarakat pesisir. Menyadari hal tersebut, konsep waterfront city sudah mulai digalakan
sejak beberapa tahun terakhir di kota-kota pesisir di Indonesia. Lantas apakah
yang dimaksud dengan konsep waterfront
city? Dan bagaimana metode pencegahan risiko bencana yang tepat untuk
dilakukan di kawasan waterfront city?
Definisi Konsep Waterfront
City
Menurut Wen-Cheng Huang dkk (2014) dalam
Notanubun (2017) disebutkan bahwa waterfront
city adalah tempat lahirnya budaya dan perekonomian yang mana berawal dari
berkembangnya permukiman maupun desa-desa di tepi air, yang berkembang menjadi
jalur perdagangan. Sedangkan menurut Malone (2996), waterfront city adalah suatu daerah atau area yang terletak di
dekat perbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat kegiatan dan aktivitas
berupa ekonomi maupun sosial pada aera pertemuan tersebut.
Pengembangan waterfront city adalah sebagai suatu proses pengelolaan yang dapat
menampung kegiatan ekonomi, sosial maupun fisik lingkungan pada kawasan tepian
air dimana bentuk pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi ke arah
perairan (Wren, 1983). Selama proses pengembangan konsep waterfornt city, pemerintah daerah perlu mengambil peran utama
selama perencanaan dan admministrasi. Sebuah rencana yang komprehensif biasanya
terdiri dari kegiatan pembangunan, yang masing-masing mungkin memiliki
perkembangan dan metode perencanaan tersendiri (Huang et al, 2008). Walaupun
sintesa pustaka dari konsep waterfront
city secara umum menitikberatkan pada aktivitas sosial dan ekonomi yang
berada pada kawasan pesisir, perlu dipertimbangkan juga potensi terjadinya
bencana alam yang dapat melumpuhkan aktivitas-aktivitas tersebut. Oleh karena
itu perlu dikenali macam-macam jenis bencana pesisir, kebutuhan data, serta
konsep pencegahan bencana pesisir itu sendiri.
Jenis-Jenis Bencana Pesisir
Sebagai negara maritim, keberadaan peradaban
manusia yang dekat dengan sumber-sumber air seperti laut, sungai dan danau
tidak dapat dipungkiri di Indonesia. Kendati demikian, hal tersebut seakan
berjalan secara beriringan dengan risiko potensi bencana pesisir yang mengancam
eksistensi masyarakat pesisir. Menyadari hal tersebut, konsep waterfront city sudah mulai digalakan
sejak beberapa tahun terakhir di kota-kota pesisir di Indonesia. Lantas apakah
yang dimaksud dengan konsep waterfront
city? Dan bagaimana metode pencegahan risiko bencana yang tepat untuk
dilakukan di kawasan waterfront city?
Definisi Konsep Waterfront
City
Menurut Wen-Cheng Huang dkk (2014) dalam
Notanubun (2017) disebutkan bahwa waterfront
city adalah tempat lahirnya budaya dan perekonomian yang mana berawal dari
berkembangnya permukiman maupun desa-desa di tepi air, yang berkembang menjadi
jalur perdagangan. Sedangkan menurut Malone (2996), waterfront city adalah suatu daerah atau area yang terletak di
dekat perbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat kegiatan dan aktivitas
berupa ekonomi maupun sosial pada aera pertemuan tersebut.
Pengembangan waterfront city adalah sebagai suatu proses pengelolaan yang dapat
menampung kegiatan ekonomi, sosial maupun fisik lingkungan pada kawasan tepian
air dimana bentuk pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi ke arah
perairan (Wren, 1983). Selama proses pengembangan konsep waterfornt city, pemerintah daerah perlu mengambil peran utama
selama perencanaan dan admministrasi. Sebuah rencana yang komprehensif biasanya
terdiri dari kegiatan pembangunan, yang masing-masing mungkin memiliki
perkembangan dan metode perencanaan tersendiri (Huang et al, 2008). Walaupun
sintesa pustaka dari konsep waterfront
city secara umum menitikberatkan pada aktivitas sosial dan ekonomi yang
berada pada kawasan pesisir, perlu dipertimbangkan juga potensi terjadinya
bencana alam yang dapat melumpuhkan aktivitas-aktivitas tersebut. Oleh karena
itu perlu dikenali macam-macam jenis bencana pesisir, kebutuhan data, serta
konsep pencegahan bencana pesisir itu sendiri.
Jenis-Jenis Bencana Pesisir
Secara umum, area pesisir terekspos dan terbentuk dari bencana dan proses pesisir. Masyarakat pesisir telah mengembangkan beragam konsep pemetaan dan mekanisme peraturan untuk mengatur dan mengkomunikasikan risiko dari bencana pesisir itu sendiri. Pada dasarnya bencana pesisir terbagi ke dalam dua jenis yaitu bencana yang seketika (event-based hazards) dan bencana yang bertahap (gradual hazards) waktu terjadinya.
Event-Based Hazards
Event-Based Hazards adalah bencana yang terjadi secara seketika dan tiba-tiba seperti gempa bumi dan badai yang akan menghasilkan bencana pesisir seperti gelombang badai dan erosi. Gelombang badai sendiri diasosiasikan sebagai kenaikan air di bibir pantai yang dikorelasikan dengan terjadinya badai di area pesisir. Gelombang badai dapat mengakibatkan banjir yang cukup parah pada bagian perkotaan. Pada bagian pesisir, gelombang badai dapat menghasilkan bencana tambahan dan dapat megakibatkan erosi pantai.
Gradual Hazards
Sedangkan gradual
hazards merupakan bencana yang terjadi secara perlahan dan bertahap dari
waktu ke waktu. Garis pantai terbentuk dan termodifikasi secara menerus melalui
beragam proses seperti pergerakan angin, gelombang dan arus. Prose-prose
tersebut secara bertahap akan mengikis garis pantai dan memindahkan sedimen
dari satu tempat ke tempat lain dan secara menerus membentuk lansekap. Bentang
alam pesisir juga dipengaruhi oleh perubahan lokal bertahap pada tingkat
permukaan laut yang disebabkan oleh proses subsidensi atau gletser.
Besar kemungkinannya bahwa perubahan iklim akan menyebabkan peningkatan permukaan air laut yang bisa menyebabkan banjir pada area dataran rendah yang berkaitan dengan pasang tinggi harian atau bulanan. Di daerah garis pantai yang landai, seperti pantai pantai dan rawa-rawa, endapan akan terkikis saat garis pasang tinggi mencapai daratan dan beberapa zona interdal akan terendam secara permanen.
Keberadaan Data yang Harus Diperhatikan
Untuk memahami jangkauan dan
sifat alamiah dari bencana pesisir, juga untuk mengetahui tingkat kerentanan
dari suatu kota pesisir maka dibutuhkan dukungan data yang komprehensif
mengenai kondisi geomorfologi dan juga tipologi dari area pesisir itu sendiri. Kondisi
geomorfologi atau bentuk fisik dari tanah pesisir berkaitan dengan proses
terbentuknya kawasan pesisir. Sedangkan untuk tipologi pesisir berkaitan dengan
penggunaan dan kepadatan lahan pada area tersebut.
Geomorfologi pesisir adalah
kumpulan data mengenai bentang alam glasial, kemiringan, ketinggian, kondisi
garis pantai dan paparan gelombang yang akan menggambarkan jangkauan yang
dihasilkan dari bencana pesisir. Bencana pesisir yang dimaksud dalam artikel
ini adalah badai yang menghasilkan gelombang, gelombang pasang, erosi, banjir,
banjir bertahap dan erosi bertahap karena naiknya permukaan laut. Pemetaan
geomorfologi pesisir dilakukan untuk menguji karakteristik fisik dari daerah
pesisir berkaitan dengan penggunaan lahannya yang akan mempengaruhi area yang
terpapar bencana dan tipe adaptasi yang bagaimana yang paling feasible untuk diterapkan. Adapun
hal-hal yang difokuskan dalam pemetaan kondisi geomorfologi pesisir adalah Geologic
Landforms (Bentuk Tanah Geologis); Kondisi Garis Pantai; dan Paparan
Gelombang.
Bentuk geologis tanah dan jenis tanah di kawasan pesisir sangatlah bervariasi dalam hal ketinggian dan kemiringan. Hal tersebut merupakan suatu indikator yang relevan untuk mengetahui tingkat tereskposnya suatu kawasan terhadap gelombang atau naiknya permukaan air laut yang bertahap.
Untuk kategori garis pantai, terdapat dua jenis garis pantai yaitu garis pantai halus dan keras. Garis pantai yang halus lebih rawan terdampak erosi, walaupun baik jika dikembangkan untuk akses publik dan menjaga fungsi ekologi pantai.
Selanjutnya bentuk geografi dari garis pantai dapat menentukan seberapa tereksposnya suatu area oleh gelombang laut yang sifatnya menghancurkan. Untuk itu data mengenai bentuk geografi pantai sangat perlu untuk diketahui.
Sedangkan untuk data
penggunaan dan kepadatan lahan berkaitan dengan tipe guna lahan, fungsi, jenis
infrastruktur, jumlah populasi dan lain-lain. Nantinya data tersebut akan
memberikan indikasi dari besarnya konsekuensi dampak bencana pesisir.
Setelah data-data di atas diolah, maka akan menghasilkan informasi mengenai kategori geomorfologi pesisir, dengan contoh sebagai berikut:
Informasi di atas nantinnya akan menghasilkan rekomendasi adaptasi bencana yang paling sesuai dengan karakteristik pesisir.
Selain data geomorfologi, dibutuhkan juga data mengenai penggunaan lahan pada kawasan pesisir yang akan diteliti. Kepadatan dan jenis penggunaan lahan di suatu area dapat menambah risiko dan kerentanan kebencanaan pesisir. Data tersebut juga dapat mempengaruhi penanganan kebencanaan yang tepat ke depannya.
Setelah data mengenai kondisi geomorfologi pesisir dan penggunaan lahan serta kepadatan area pesisir berhasil diketahui, maka data-data tersebut akan dikombinasikan pengolahannya sehingga akan diketahui tipologi area pesisir pada suatu kawasan tertentu. Analisis tipologi area pesisir berfungsi sebagai titik referensi untuk menganalisis variiasi-variasi dalam paparan bencana pesisir berdasarkan karakteristik penggunaan lahan. Dari analisis ini juga dapat diketahui tingkat kerentanan suatu daerah, risiko dan strategi potensial yang dapat diambil.
Inventori Strategi Adaptif
Strategi-strategi yang berkaitan dengan upaya pencegahan bencana pesisir dapat diterapkan pada tingkat kerentanan yang beragam dan pada skala yang berbeda. Strategi adaptasi bencana pesisir dapat dibedakan dari skala infrastruktur tunggal, skala situs pengembangan hingga skala jangkauan pantai. Pada setiap skala akan terdapat banyak aktor yang terlibat, mulai dari masyarakat, pemerintah kota dan pusat, swasta dan lain sebagainya. Setiap strategi memiliki biaya dan manfaat yang harus didefinisikan dengan jelas dan terbuka. Biaya yang diperhitungkan harus termasuk biaya pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, serta biaya tidak langsung untuk menjaga kualitas ranah publik dan lingkungan.
Selanjutnya terdapat dua jenis strategi adaptif yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko kebencanaan pesisir, yaitu strategi sitedan reach.
Site
Strategi site merupakan strategi untuk mencegah kerusakan pada bangunan dan isi bangunan dengan cara mencegah masuknya air banjir atau dengan cara membiarkan intrusi air namun tetap terdapat aksi untuk meminimalisir kerusakan. Ketika strategi site diterapkan, karakteristik dari suatu lingkungan atau ciri khas dari suatu lorong jalan dapat berubah tergantung bagaimana desain bangunan dan jalannya. Ranah publik dan kenyamanan pejalan kaki merupakan unsur yang harus diperhatikan ketika merencanakan strategi site.
Reach
Strategi reach merupakan intervensi di dataran tinggi, garis pantai atau di dalam air yang akan mempengaruhi bentangan garis pantai. Pada kawasan dataran tinggi, adalah hal yang lebih praktikal untuk menciptakan resiliensi melalui adaptasi skala besar daripada sekadar penanganan pada setiap rumah. Penerapan strategi reach tergantung pada kondisi spesifik lingkungan pesisir dan desainnya harus mempertimbangkan kondisi lingkungan seperti komposisi yang terdapat di garis pantai, transportasi sedimen, kekuatan dan tinggi gelombang, kedalaman air dan faktor lainnya. Banyak penerapan strategi reach yang memiliki dampak . negatif terhadap lingkungan yang menyebabkan penurunan kualitas air bersih. Strategi ini melibatkan banyak pemilik tanah dan seringkali diinisiasi, dibangun dan dikelola oleh lembaga publik. Tujuan dari strategi reach adalah untuk menstabilkan tanah terhadap erosi dan tingkat pasang surut harian, mitigasi kekuatan gelombang, mencegah banjir pada daratan tinggi atau mencegah pembangunan pada daerah rentan bencana. Strategi reach terbagi menjadi tiga kategori. Yang pertama adalah strategi upland yang tidak melibatkan air laut atau garis pantai secara langsung, namun melibatkan perubahan pada area daratan garis pantai. Yang kedua adalah strategi shoreline melindungi garis pantai dari erosi, memblokir tekanan badai atau melemahkan gelombang. Strategi yang ketiga adalah strategi in-Water yang dikerahkan pada garus pantai menuju laut dan bertindak untuk melindungi daerah dataran tinggi dari kekuatan erosi dan gelombang dengan cara melemahkan gelombang atau untuk mengurangi ketinggian gelombang badai.
Daftar Pustaka
Notanubun dan Mussadun. 2017. Kajian
Pengembangan Konsep Waterfront City di Kawasan Pesisir Kota Ambon. Jurnal
Pembangunan Wilayah & Kota. Universitas Diponogoro. Semarang.
Burden, A.M. 2013. Coatal Climate Resilience:
Urban Waterfront Adaptive Strategies. The City of New York. Department of City
Planning.
https://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2020/01/WTFCT.jpg396773Authorhttps://www.handalselaras.com/wp-content/uploads/2022/09/KHS-Logo-2-300x126.pngAuthor2020-01-21 13:07:112020-01-21 13:21:12Waterfront City dan Upaya Penanggulangan Bencana
Scroll to top
var pageTitle = document.getElementById('whateverTheTitleElementIs').innerHTML;
if (pageTitle == 'Documentation H Sawangan City') {
}