Pos

Meninjau Hasil Uji Sebaran Droplet dengan Water Sensitive Paper (WSP) pada Drone Spraying untuk Meningkatkan Akurasi dan Efisiensi Penyemprotan.

oleh Dede Supriatna, S.T.

Teknologi pertanian terus berkembang demi meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian global. Salah satu inovasi yang menjanjikan adalah penggunaan drone pada industri pertanian dan perkebunan. Dalam tulisan ini, uji droplet drone spraying dengan water-sensitive paper menjadi highlight. Memberikan gambaran metode yang lebih canggih dan akurat dalam aplikasi penyemprotan.

Pertama-tama, mari kita telaah konsep dasar dari teknologi ini. Drone spraying, sebagai alternatif dari penyemprotan manual atau menggunakan pesawat terbang, menawarkan sejumlah keuntungan yang signifikan. Drones dapat mencapai daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan lain, meminimalkan risiko kerusakan tanaman karena tekanan udara yang rendah, dan memungkinkan aplikasi yang lebih akurat dan tepat sasaran. Namun, ketepatan aplikasi pestisida adalah aspek kritis yang menjadi perhatian para ahli pertanian dan ilmuwan. Disinilah water-sensitive paper menjadi perangkat vital dalam mengukur dan mengevaluasi distribusi droplet yang dihasilkan oleh drone.

Uji sebaran droplet dengan Water Sensitive Paper (WSP) pada Drone Spraying (Sumber: Arsip KHS).

A. Mengenal apa itu Water Sensitive Paper (WSP).

Water Sensitive Paper (WSP) adalah sejenis kertas yang digunakan untuk mengukur dan memvisualisasikan distribusi tetesan cairan pada permukaannya. Kertas ini memiliki sifat khusus yang membuatnya bereaksi terhadap kelembaban, dengan mengubah warna saat terkena cairan.

Water Sensitive Paper (WSP) sebelum dan sesudah penyemprotan (Sumber: Arsip KHS)

Water Sensitive Paper bekerja berdasarkan sifat-sifat kimiawi yang merespons terhadap kelembaban. Ketika tetesan cairan menyentuh permukaan WSP, senyawa yang terkandung di dalamnya bereaksi dengan air dan mengubah warna kertas, menciptakan pola yang mencerminkan distribusi penyemprotan. WSP digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk pertanian, kehutanan, dan industri lainnya yang melibatkan aplikasi penyemprotan cairan. Ini membantu user untuk memastikan bahwa cairan disemprotkan secara merata di area yang dituju, meningkatkan efisiensi dan efektivitas aplikasi. Water Sensitive Paper mempunyai keunggulan berupa kemudahan penggunaan, sensitivitas terhadap cairan, dan visualisasi yang jelas tentang distribusi tetesan atau droplet. Dengan demikian, Water Sensitive Paper merupakan alat yang penting dalam mengoptimalkan aplikasi penyemprotan cairan, membantu pengguna untuk mencapai hasil yang lebih efisien dan akurat dalam berbagai aplikasi industri.

B. Penggunaan Water Sensitive Paper (WSP) pada Drone Spraying.

Water sensitive paper pada aplikasi penyemprotan dengan drone spraying berguna untuk melihat bagaimana bentuk dan ukuran droplet. Droplet size pada drone spraying mengacu pada ukuran tetesan-tetesan cairan semprotan yang dihasilkan oleh nozzle selama proses penyemprotan. Droplet mirip dengan tetesan air yang kita lihat ketika hujan turun. Ketika drone melakukan penyemprotan, cairan yang ada di dalam tangkinya ditekan keluar melalui alat khusus yang disebut nozzle. Saat cairan ini keluar dari nozzle, ia pecah menjadi banyak tetesan kecil yang membentuk awan atau semburan cairan di udara. Tetesan-tetesan ini kemudian jatuh ke tanaman atau tanah di bawahnya.

Ilustrasi Peletakan WSP oleh Tim Drone Pada Titik Pengujian (Sumber: Arsip KHS).

Pada pengujian yang dilakukan oleh Tim Drone Spraying Kreasi Handal Selaras, WSP diletakan langsung pada beberapa titik sample. Pada use case tanaman padi, kami menempelkan WSP langsung pada bagian daun tanaman padi dengan menggunakan double tape. Pada use case sawit, kami meletakan langsung pada pelepah pokok sample yang ingin dilakukan pengamatan. Pada gambar ilustrasi diatas, WSP diletakan pada titik berwarna merah. Tidak ada keharusan atau aturan pasti dimana sebuah WSP diletakan. Peletakan WSP dapat disesuaikan dengan kebutuhan user dan tim drone dengan beberapa kali pengulangan penyemprotan pada beberapa titik sample WSP. Bahkan jika anda ingin menguji droplet drone anda di lapangan tanpa tanaman, ini juga bisa dilakukan. Anda hanya perlu memastikan WSP berada pada area yang terbuka sehingga ketika drone terbang dan menyemprot diatas WSP, droplet akan terkena permukaan WSP tersebut.

Beberapa parameter penting yang mempengaruhi keberhasilan uji droplet drone spraying antara lain adalah Tinggi Terbang, Kecepatan Terbang, Kecepatan Angin, Jenis Nozzle, Lebar Semprot, Volume Tangki per Ha, dan Spray Rate Drone Spraying. Parameter tersebut menjadi sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi.

Baca tulisan kami sebelumnya: Rahasia Sukses Pengendalian Hama Ulat Api pada Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Barat menggunakan Teknologi Drone Spraying.

C. Cara Menghitung Droplet pada Water Sensitive Paper (WSP)

Menghitung droplet pada Water Sensitive Paper (WSP) melibatkan beberapa langkah, di antaranya:

  1. Persiapan WSP : Pertama-tama, persiapkan WSP dengan memastikan bahwa kertas tersebut telah dipotong menjadi ukuran yang sesuai dan telah dikalibrasi sesuai dengan kebutuhan pengujian Anda. Pastikan WSP dalam keadaan kering sebelum digunakan. Letakan WSP pada titik area yang ingin anda uji.
  2. Penyemprotan : Lakukan misi penerbangan dan penyemprotan cairan yang ingin anda ukur menggunakan drone di atas WSP. Pastikan untuk mencatat semua parameter yang relevan, flight altitude, flight speed, spray rate, dll.
  3. Pengamatan & Pengukuran : Setelah penyemprotan selesai, amati WSP dengan teliti. Identifikasi dan catat pola dan distribusi tetesan yang terbentuk pada permukaan WSP. Penting untuk memperhatikan ukuran, jumlah, dan pola penyebaran tetesan. Gunakan alat pengukur yang tepat, seperti mikroskop atau perangkat lunak pengolahan gambar digital, untuk mengukur ukuran dan jumlah tetesan. Anda juga dapat menggunakan grid atau skala yang tercetak pada WSP sebagai referensi untuk pengukuran.
  4. Analisis : Setelah melakukan pengukuran, analisis data yang Anda kumpulkan. Hitung rata-rata ukuran tetesan, distribusi ukuran tetesan, dan jumlah total tetesan yang terbentuk pada WSP. Hal ini dapat memberikan wawasan tentang efisiensi dan akurasi penyemprotan cairan tersebut.
  5. Interpretasi : Terakhir, interpretasikan hasil pengukuran dan analisis Anda. Evaluasilah apakah penyemprotan tersebut memenuhi standar yang diinginkan dalam hal distribusi tetesan dan ukuran tetesan. Anda juga dapat mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas penyemprotan, seperti ketinggian, kecepatan, dan tekanan.

D. Rekomendasi Droplet Density

Rekomendasi Droplet Density (Sumber data: Syngenta)

Gambar diatas merupakan rekomendasi droplet density yang diambil dari syngenta. Jumlah droplet untuk jenis penyemprotan Insektisida, Herbisida dan Pre-Emergent adalah 20 – 30 per cm persegi. Jumlah droplet untuk jenis penyemprotan Herbisida Kontak dan Post-Emergent adalah 30 – 40 per cm persegi. Sedangkan untuk jenis penyemprotan fungisida, jumlah droplet per cm persegi adalah 50 – 70. Agar aplikasi drone spraying dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan hasil yang ingin di dapatkan, penting untuk melakukan kalibrasi dengan WSP ini.

E. Kesimpulan

Dapat disimpukan, uji droplet drone spraying dengan water-sensitive paper adalah langkah yang tepat dan menjanjikan dalam revolusi pertanian modern. Dengan menyediakan alat yang lebih akurat dan responsif, teknologi ini dapat membantu petani meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Namun, diperlukan kerjasama lintas disiplin ilmu dan investasi yang berkelanjutan untuk mewujudkan potensi penuh dari inovasi ini.

Tertarik mengetahui informasi lebih banyak mengenai pemanfaatan teknologi drone spraying? Anda dapat terhubung dengan kami melalui email di [email protected] dan WhatsApp Marketing KHS di +62-851-9514-5758.

Referensi: Brosur WSP Syngenta

Drone Spraying Untuk Keberlanjutan Alam Indonesia

Oleh: Arszandi Pratama, S.T., M.Sc., Tike Aprillia S.T, Akhmad Abrar A.H. S.T., dan Dandy Muhamad Fadilah, S.T.

Pertanian, perkebunan, dan Kehutanan menjadi sektor penting dalam peningkatan ekonomi dan keseimbangan alam. Sesuai dengan amanat Rencana Jangka Menengah Indonesia Tahun 2020-2024 bahwa untuk memacu pembangunan ekonomi tumbuh lebih tinggi, inklusif, dan berdaya saing diperlukan pengelolaan sumber daya ekonomi yang mencakup pemenuhan pangan dan pertanian serta kehutanan.

Dalam mewujudkan rencana pembangunan tersebut, dibutuhkan pengelolaan pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang berkelanjutan. Tidak hanya mengandalkan lahan yang luas, namun diperlukan efektivitas dalam proses pengelolaannya. 

Pemanfaatan teknologi drone menjadi salah satu solusi untuk keberlanjutan sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Drone adalah teknologi terbarukan dalam penyemprotan tanaman. Saat ini, pemanfaatan drone di dunia pertanian, perkebunan, dan kehutanan menjadi sangat diminati. Selain mempermudah penyemprotan pupuk, pestisida, dan herbisida drone dapat meminimalkan biaya perawatan tanaman (cost reduction). 

Keunggulan Drone Spraying

Terdapat banyak keunggulan yang diperoleh apabila memilih menggunakan drone untuk proses penyemprotan tanaman. Berikut ini kami rangkum beberapa keunggulan dari penggunaan drone spraying:

  1. Penyemprotan akan lebih merata dengan menggunakan drone yang sangat praktis. Penyemprotan akan lebih merata mengikuti kontur lahan dan dapat mengoptimalkan penggunaan pupuk, pestisida, dan herbisida karena drone secara otomatis dapat terbang secara konstan di atas tanaman serta mencatat posisi awal dan akhir secara real-time.
  2. Cost Reduction, drone spraying dapat memangkas biaya perawatan tanaman karena hanya dengan menggunakan drone penyemprotan pupuk, pestisida, dan herbisida dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.
  3. Efisiensi waktu, dapat menyelesaikan penyemprotan tanaman di lahan 20 Ha/Ha.
  4. Mencegah ancaman kesehatan untuk para petani, seperti yang sudah kita ketahui bahwa pestisida dan herbisida menggunakan bahan kimia yang tidak baik untuk para petani. 

Jasa Drone Spraying Kreasi Handal Selaras

Kreasi Handal Selaras adalah salah satu penggagas jasa drone spraying di Indonesia. Penyemprotan menggunakan drone berguna untuk industri pertanian, perkebunan dan kehutanan. Penyemprotan tanaman dengan drone menggantikan cara penyemprotan manual agar petani terhindar dari serangan racun dan panas akibat penyemprotan pestisida cair, pupuk dan herbisida. Drone spraying memiliki kendali jarak jauh yang ergonomis dan inovatif, yang dapat dengan mudah dikendalikan di area manapun dan tidak akan merusak tanaman.

Kreasi Handal Selaras saat ini memiliki 2 jenis drone yaitu drone DJI T16 dan DJI T30, yang beroperasi di wilayah Riau, Jambi dan Palembang. Setiap drone mampu menguasai 350 hektar lahan per bulan. Dengan capaian tersebut, bisnis drone spraying saat ini cukup menjanjikan. Berikut 2 jenis drone dan keunggulannya:

  1. DJI Agras T16

Agras T16 memiliki perangkat keras yang kuat, mesin AI, dan perencanaan operasi 3D, T16 dapat melakukan penyemprotan tanaman lebih mudah dan praktis. Keunggulan penggunaan Drone DJI Agras T16:

  • Mengoptimalkan penggunaan secara lebih merata dan akurat, dengan teknologi Spray nozzles.
  • Terdapat 3 mode penerbangan yaitu: mode penerbangan Smart mode, Manual Plus Mode dan Manual mode.
  • Kapasitas tangki 16 l dengan berat 10 kg
  • Terbang dengan ketinggian konstan di atas tanaman, sehingga jumlah cairan diterapkan optimal.
  • Intelligent Memory, DJI Agras T16 secara otomatis mencatat posisi sebelumnya dan saat ini.

(VIDEO)

  1. DJI Agras T30
  • Memiliki real time kinematic untuk akurasi penerbangannya
  • Dapat mencakup 18 hektar area semprot per jamnya
  • Kapasitas tangki lebih besar 30 l dengan berat 16 kg sangat cocok untuk pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman industri yang luas.
  • Dapat secara otomatis mengikuti kontur lahan yang beragam
  • Jangkauan lebar semprotan sangat luas sekitar 7 – 9 meter sehingga penyemprotan akan lebih cepat.

Penutup

Teknologi Drone Spraying menjadi solusi terbaik untuk membantu pengelolaan tanaman lebih efektif dan efisien. Dengan drone spraying, pekerjaan tidak hanya lebih cepat dan hemat namun menjamin kesehatan petani dari bahan kimia. 

KHS dapat memenuhi kebutuhan spraying perusahaan anda. Dengan dibekali pilot berpengalaman dan teknologi drone terbaru, membuat pekerjaan lebih cepat dengan hasil yang maksimal. Silahkan hubungi kontak person kami untuk bertanya terkait jasa drone spraying kami. Yuk bermitra dengan kami!!!

Pengelolaan Hutan Lestari Dengan Teknologi Drone

Oleh: Arszandi Pratama, S.T., M.Sc., Akhmad Abrar A.H. S.T., Dandy Muhamad Fadilah, S.T.

Hutan di Indonesia merupakan rumah bagi 10-15 persen tumbuhan, mamalia, dan burung yang dikenal di dunia, serta cadangan karbon yang sangat besar. Dengan demikian, setiap degradasi atau deforestasi ekosistem ini akan memiliki implikasi tidak hanya untuk Indonesia namun juga internasional. Dengan fakta tersebut, Pemerintah Indonesia dan masyarakat luas terus berperan aktif menjaga kelestarian Hutan Indonesia. Salah satunya dengan Pengelolaan Hutan Lestari. Apa itu Pengelolaan Hutan Lestari? Dan bagaimana implementasinya? Yuk kita simak.

Klasifikasi Hutan

Definisi hutan menurut UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, yaitu suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan ekosistem penting dimana dalam pemanfaatan dan penggunaannya tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan bencana.

Secara konstitusi, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya alam ditujukan untuk kemakmuran rakyat. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat (3) UUD Tahun 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Selain itu, hal tersebut juga diperkuat oleh pasal 23 UU No. 41 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat secara optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat yang berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya.

Adapun pemanfaatan sumber daya alam kawasan hutan antara lain fungsi lindung, fungsi suaka, fungsi produksi, fungsi wisata dari pengembangan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Berdasarkan fungsi tersebut maka pemerintah menetapkan hutan menjadi hutan konservasi (cadangan kebutuhan pengawetan ekosistem dan keanekaragaman hayati), lindung (penyangga kehidupan terjaga dan terpelihara) dan produksi (untuk memproduksi atau mengeksploitasi hasil hutan, seperti Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hutan Tanaman Industri (HTI), serta jenis hutan produksi lainnya yang dapat menghasilkan berbagai jenis kayu dan nonkayu).

Potensi Luasan Hutan Di Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan, total luas kawasan hutan di Indonesia mencapai 125,76 juta hektare (ha) pada 2022. Angka tersebut setara dengan 62,97% dari luas daratan Indonesia yang sebesar 191,36 juta ha. 

Secara rinci, kawasan hutan di Indonesia yang berbentuk daratan seluas 120,47 juta ha. Ada juga kawasan hutan perairan dengan luas 5,32 juta ha. Berdasarkan jenisnya, kawasan hutan lindung menjadi yang paling luas di Indonesia, yakni 29,56 juta ha. Luasan tersebut setara dengan 23,5% dari total kawasan hutan secara nasional. Kemudian, luas kawasan hutan produksi tetap sebesar 29,23 juta ha. Lalu, kawasan hutan yang masuk ke dalam konservasi memiliki luas 27,41 juta ha. Luas hutan produksi terbatas sebesar 26,8 juta ha. Sedangkan, hutan produksi yang dapat dikonversi memiliki luas 12,79 juta ha. Berikut luasan kawasan hutan di Indonesia berdasarkan fungsinya:

Berdasarkan data tersebut, terdapat banyak potensi luasan lahan baik yang dapat diproduksi maupun lindung. Untuk dapat menjaga kelestarian hutan Indonesia, dibutuhkan mekanisme pengelolaan hutan secara lestari yang tidak hanya memproduksi namun juga melestarikan untuk keberlanjutan di masa yang akan datang.

Pengelolaan Hutan Lestari

Sustainable Forest Management (SFM) atau Pengelolaan Hutan LestariLestasi (PHL)  merupakan konsep yang dinamis dan berkembang untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai ekonomi, sosial dan lingkungan sumber daya hutan demi kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Pengelolaan Hutan Lestari juga sebuah pendekatan holistik yang menerapkan prinsip-prinsip kelestarian dari beberapa fungsi seperti fungsi ekologi, fungsi sosial dan fungsi produksi atau ekonomi.

Pengelolaan Hutan Produksi Lestari adalah proses pengelolaan hutan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menyangkut produksi hasil hutan tanpa dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial. Tujuan pengelolaan hutan juga tidak boleh mengurangi nilai di dalamnya serta potensi yang diharapkan pada masa datang.

Dari Expert Panel ITTO (International Tropical Timber Organization) menyatakan bahwa definisi Pengelolaan Hutan Lestari perlu mencangkup beberapa unsur seperti berikut ini:

  1. Hasil yang berkesinambungan.
  2. Tetap mempertahankan tingkat biodiversitas yang tinggi dalam konteks perencanaan tata guna lahan yang integratif yang mencangkup jaringan kerjasama kawasan lindung dan kawasan konservasi.
  3. Tetap menjaga stabilitas dari fungsi hutan dan ekosistemnya dengan penekanan pada pemeliharaan produktivitas tempat tumbuh atau site productivity, menjaga sumber benih dan unsur biodiversitas hutan yang diperlukan untuk regenerasi serta pemeliharaan hutan.
  4. Meningkatkan dampak positif pada area hutan sekaligus mengambil upaya untuk meminimalkan dampak yang merugikan hutan.
  5. Meningkatkan partisipasi terhadap masyarakat dan menyelesaikan perbedaan pendapat yang timbul terkait dengan hutan.

Konsep Pengelolaan Hutan Lestari

Konsep pengelolaan hutan lestari didasarkan atas terpenuhinya kelestarian melalui tiga fungsi utama dari hutan yaitu sebagai berikut ini.

  1. Fungsi lingkungan atau ekologi, berarti ekosistem hutan harus mendukung dari kehidupan organisme yang sehat, mempertahankan produktivitasnya, adaptabilitas dan kemampuannya untuk pulih atau meregenerasi.
  2. Fungsi sosial, berarti mencerminkan keterkaitan hutan dengan budaya, norma sosial, etika dan pembangunan. Dimana suatu aktivitas dapat dikatakan lestari apabila secara sosial memiliki kesamaan dengan etika dan norma-norma sosial atau tidak melampaui batas toleransi komunitas sekitarnya terhadap perubahan.
  3. Fungsi ekonomi, berarti menunjukkan adanya manfaat dari hutan melebihi biaya yang dikeluarkan oleh unit manajemen dan modal ekuivalen yang dapat diinvestasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Aspek Pengelolaan Hutan Lestari

Terdapat berbagai usaha yang dilakukan dalam rangka pengelolaan hutan supaya dapat meningkatkan dampak positif serta mengurangi dampak negatifnya. Dalam hal ini, terdapat lima aspek pokok yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

  1. Aspek Kepastian dan Keamanan Sumber Daya Hutan, salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan pengelolaan hutan produksi lestari adalah kepastian hukum. Untuk melakukan usaha-usaha pengelolaan hutan, perlu ada kepastian hukum yang dirangkum dalam aturan yang sah. Dengan demikian, masyarakat bisa melakukan kegiatan pengelolaan secara legal.
  2. Aspek Kesinambungan Produksi, Dalam pengelolaan hutan lestari, kesinambungan produksi merupakan hal yang tak kalah penting. Karena itu, diperlukan penetapan sistem silviculture yaitu sistem panen dan pembudidayaan. Hal ini harus disesuaikan dengan kondisi hutan yang akan dikelola. Contoh: Produksi kayu pada siklus pertama biasanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan menata area hutan. Caranya bisa dilakukan dengan inventarisasi serta penafsiran foto udara. Hal ini bermanfaat agar jatah produksi tahunan secara riil tidak berbeda dengan perkiraan produksinya. Selanjutnya, untuk siklus kedua, kesinambungan produksi perlu diperhatikan. Hal ini terkait dengan cara penebangan, inventarisasi tanaman yang tertinggal, serta penanaman maupun pemeliharaan tanaman.
  3. Aspek Konservasi Flora Fauna dan Keanekaragaman Hayati serta Fungsi Hutan, Konservasi dilakukan untuk penyediaan plasma nutfah, membangun zona penyangga yang membatasi hutan produksi dengan hutan konservasi, inventarisasi flora dan fauna, pencegahan terhadap penebangan pohon yang tidak boleh ditebang, pencegahan kebakaran, serta perlindungan sungai, pantai, mata air, dan area yang dilindungi lain.
  4. Aspek Manfaat Ekonomi, dalam aspek ini sumber daya manusia memiliki pengaruh yang cukup penting. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu profesionalisme tenaga kerja, kesejahteraan karyawan, serta kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat yang berada di dalam maupun sekitar hutan. Selain itu, aspek ekonomi dalam pengelolaan hutan juga mencakup hak tradisional masyarakat untuk memanfaatkan hasil hutan non-kayu serta untuk kebutuhan kegiatan spiritual. Ada pula aspek pendidikan maupun kesehatan masyarakat, baik yang berada di dalam atau sekitar hutan.
  5. Aspek Kelembagaan, dalam rangka Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, peran lembaga yang berwenang juga tak bisa diabaikan. Ada Kementerian Kehutanan dan sejumlah organisasi yang mengusung ketentuan mengenai pengelolaan hutan secara legal. Untuk itu, dibutuhkan tenaga-tenaga profesional sehingga dapat mendukung pengelolaan hutan.

Proses pengelolaan hutan lestari dapat didukung dengan pemanfaatan teknologi terbarukan yaitu drone. Seperti yang sudah diulas diatas, bahwa pentingnya aspek kesinambungan produksi dimana sistem panen dan produksi harus diperhatikan dengan baik. Drone dapat digunakan untuk perencanaan penataan area lahan dengan pemetaan foto udara, inventarisasi pohon dengan bantuan LiDAR, dan juga penyemprotan secara praktis melalui drone spraying.

Penutup

Pengelolaan Hutan Lestari sangat penting untuk diimplementasikan dalam rangka menjaga kelestarian hutan dan keseimbangan ekosistem. Demi menjaga kelestarian baik di masa sekarang maupun masa depan, dibutuhkan usaha-usaha yang harus diperhatikan pada saat pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Salah satunya adalah kesinambungan produksi dalam sistem tanam dan panennya. 

Penggunaan drone dalam mendukung pengelolaan hutan lestari sangat dibutuhkan untuk menjaga kesinambungan produksi pemanfaatan hutan. Dengan teknologiteknoloi drone, tidak hanya membantu sistem tanam dan perawatan hutan produksi namun dapat menekan biaya dengan pekerjaan yang lebih cepat dan efisien. KHS akan terus mendukung pengelolaan hutan lestari di seluruh Indonesia dengan teknologi drone. Yuk bermitra dengan kami!!!

Referensi 

  1. Monica Evans. 2023. Sustainable Forest management: Indonesia navigates a paradigm shift. https://forestsnews.cifor.org/80592/sustainable-forest-management-indonesia-navigates-a-paradigm-shift?fnl=. Diakses pada 4 Maret 2023.
  2. 2021. Sustainable Forest Management (SFM) Untuk Indonesia. https://wanaswara.com/sustainable-forest-management-sfm-untuk-indonesia/. Diakses pada 4 Maret 2023.
  3. Shilvina Widi. “Luas Kawasan Hutan Indonesia Mencapai 125,76 Juta Hektare”. https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/luas-kawasan-hutan-indonesia-mencapai-12576-juta-hektare. Diakses pada 4 Maret 2023.
  4. Tami. 2021. Inilah 5 Aspek Pokok Pengelolaan Hutan Lestari. https://mutuinstitute.com/post/5-aspek-pokok-pengelolaan-hutan-lestari/. Diakses pada 4 Maret 2023.
  5. Joni Setiawan. 2021. Pelatihan Inventarisasi Sumberdaya Hutan. https://kmisfip2.menlhk.go.id/news/detail/829. Diakses pada 4 Maret 2023.
  6. Pengertian Hutan, Bagian, Jenis dan Fungsinya. https://rimbakita.com/hutan/. Diakses pada 4 Maret 2023.